Kamis, 21 Februari 2013

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH HDR

A.    Kasus (Masalah Utama)
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B.     Proses Terjadinya Masalah
1.      Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta merasa tidak percaya pada diri sendiri.
Tanda dan Gejala:
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
1.      Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
2.      Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
3.      Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
4.      Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
5.      Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
2.      Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
a.      Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
§  Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
§  Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
§  Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b.      Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Tanda dan Gejalanya :
      Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
      Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
3.      Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan Gejala:
§  Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
§  Menghindar dari orang lain (menyendiri).
§  Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
§  Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
§  Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
§  Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
§  Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
§  Posisi janin saat tidur.                                                
   (Budi Anna Keliat, 1998)
C.    Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri


Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
 
 
                                                                                                    Core Problem
 

Gangguan citra tubuh
D.    Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.      Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji :
a.       Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam.
b.      Data Subyektif
Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas.
2.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data yang perlu dikaji :
a.       Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
b.      Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
3.      Gangguan citra tubuh
Data yang perlu dikaji :
a.       Data subyektif
Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, Mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain, karena  keadaan tubuhnya yang cacat
b.      Data obyektif
Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, Suara pelan dan tidak jelas, Tampak menangis
E.     Diagnosa Keperawatan
1.    harga diri rendah
2.    gangguan citra tubuh
F.     Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : harga diri rendah.
Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1.       Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1.      Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:
§   Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
§   Perkenalkan diri dengan sopan
§   Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
§   Jelaskan tujuan pertemuan
§   Jujur dan menepati janji
§   Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
§   Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2.       Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2.1.     Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2.     Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3.     Utamakan memberi pujian yang realistik.
3.       Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1.      Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2.      Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4.       Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
4.1.      Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
4.2.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5.       Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
6.1.     Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
6.2.     Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6.       Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.3.       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan harag diri rendah.
6.4.       Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
6.5.       Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Diagnosa II: gangguan citra tubuh.
Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1.        Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1.    Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.2.    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3.    Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.4.    Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2.        Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
2.1.  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2.  Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis
2.3.  Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.        Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
3.1.  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2.  Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.        Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.2.  Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.3.  Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.4.  Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5.        Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1.  Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2.  Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3.  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6.        Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1.  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2.  Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3.  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4.  Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
1.      Azis R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
2.      Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
3.      Keliat BA. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
4.      Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
5.      Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar